Investigasi


Investigasi merupakan suatu teknik memperoleh sebanyak mungkin informasi mengenai sesuatu melalui penyelidikan atau pemeriksaan yang mendalam. Investigasi terkadang berkesan melakukan pengusutan suatu perkara lama untuk mencari kebenaran atau menemukan fakta-fakta baru atas peristiwa yang sudah lama terjadinya. Seperti halnya penelitian (research) dan observasi, investigasi juga terdiri atas investigasi langsung ke lapangan dan kepustakaan. Bila perlu, investigasi juga memanaatkan metode-metode penelitian, observasi, hasil survey, dan lain-lain untuk menguji suatu kebenaran atas fakta atau data yang diperoleh. Investigasi biasanya hanya dilakukan dalam waktu yang pendek. Demi menggali informasi selengkap-lengkapnya tidak jarang wartawan harus melakukan investigasi dan observasi langsung ke lapangan dan dari cara inilah kemudian muncul istilah Reportase Investigasi (Investigative Reporting).

Contoh Investigasi

Ketika Bensin Beraroma Minyak Tanah…
 
“Kalau curangnya cuma ngurangin meteran, aku masih bisa terima. Paling-paling rugi berapa sih. Tapi kalau sudah jual bensin campur, iku sing mangkelno, Mas. Nggarakno motor rusak!”
 Widya begitu menggebu-gebu ketika diajak ngobrol tentang kecurangan di Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum(SPBU). Ibu rumah tangga yang tinggal di perumahan IKIP Gunung Anyar Surabaya ini bercerita panjang lebar tentang salah satu SPBU dekat rumahnya yang dicurigai curang. Konon setiap membeli bensin di SPBU itu motornya kerap mogok. Beberapa kali dia harus berjalan kaki menenteng motor ke bengkel. Oleh mekanik bengkel dia diberitahu bahwa motornya mogok lantaran menggunakan bensin campur. Sejak itu Widya tak pernah lagi membeli bensin di SPBU tersebut.
”Tiga tahun lalu SPBU itu sempat ditutup. Nggak tahu kenapa beberapa bulan kemudian buka lagi”terang Widya

Farid, Mahasiswa UPN ”Veteran” Jawa Timur yang kos di Medokan Asri Surabaya juga memiliki
pengalaman serupa di SPBU yang sama. Motornya mogok setelah mengisi bensin di SPBU tersebut. Farid sebenarnya sudah mendengar gosip miring tentang SPBU itu, tapi karena bensin motornya nyaris habis dan SPBU itu yang paling dekat, dia tetap nekad membeli. Alhasil, besoknya motor tak bisa dihidupkan. 
Pengalaman Widya dan Farid di atas menunjukkan betapa praktek kecurangan di SPBU sampai saat ini masih berlangsung. Keluhan terhadap kecurangan tersebut datang langsung dari masyarakat. SPBU yang seharusnya melayani konsumen dengan baik, malah merugikan konsumen. Meski Pertamina mengaku telah meningkatkan pelayanan, mengawasi jalur distibusi, nyataannya sampai saat ini masih dijumpai SPBU yang disinyalir curang.
 Di Surabaya ada banyak SPBU yang diduga curang oleh masyarakat. Di forum diskusi internet terbesar di Indonesia, para netter asal Surabaya sempat membahas tentang SPBU-SPBU yang dicurigai curang di sekitar Surabaya. Beberapa SPBU yang paling banyak dicurigai antara lain SPBU di kawasan Kertajaya dan SPBU di kawasan Mulyosari. Termasuk juga SPBU Medokan tempat Widya dan Farid mengisi bensin.
 Ada dua jenis praktek kecurangan yang dilakukan oleh SPBU-SPBU tersebut. Pertama, mengurangi takaran. Kedua, mencampur premium/bensin dengan bahan bakar lain yang lebih murah, seperti minyak tanah. Bahkan di beberapa kasus ada yang dicampur dengan air.
SPBU Perempatan Kertajaya misalnya, kerap dicurigai mengurangi takaran. Jumlah yang dibeli konsumen tidak sesuai dengan jumlah yang diisi. 
 
”Masa’ aku ngisi Rp.10,000,- cuma bertambah dua bar. Padahal kalau ngisi di SPBU lain, jarumnya sudah

mepet ke huruf F. Parah!!” Begitu komentar salah seorang netter.
 ***

Siang itu, menggunakan sepeda motor, Romi meluncur ke salah satu SPBU di kawasan Medokan, Surabaya. Mahasiswa semester akhir jurusan teknik kimia UPN ”Veteran” Jatim itu hendak membeli bensin di SPBU yang terkenal ”angker” itu. Begitu sampai, Romi menyodorkan botol air mineral ukuran
1,5 liter ke petugas SPBU.

”Satu liter, Mas.” ujarnya singkat. Tanpa banyak bicara si Mas mengisikan botol tersebut dengan bensin.

” Dulu aku pernah ditolak waktu membeli bensin pakai botol. Nggak tahu kenapa . Padahal itu bensin pesanan teman.” cerita Romi sesampainya di rumah. ”Aku rasa SPBU itu takut ketahuan curang. Beli
pakai botol kan keliatan banget kalau takarannya kurang.”
 
Oleh Romi, bensin yang baru dibelinya tadi ditimbang dengan timbangan liter. Ternyata volumenya kurang dari satu liter. Tapi Romi masih menganggapnya wajar karena kurangnya tak lebih dari 0,25 liter. Kemudian Romi mencelupkan jari telunjuknya ke dalam bensin tadi. Diangkatnya, kemudian jari yang basah itu ditiupnya tiga kali.
 
”Kalau ini bensin murni, dua kali tiup saja seharusnya jari sudah kering."

Romi kemudian menjelaskan panjang lebar bahwa bensin atau gasoline termasuk jenis hidrokarbon yang mudah menguap. Rantai atom C-nya yang pendek membuat titik didihnya hanya sekitar 30-180 derajat Celcius. Dengan kata lain bensin mudah menguap pada suhu ruangan. Lantas mengapa kali ini tidak menguap habis?

Menurutnya bisa jadi bensin ini dicampur dengan jenis hidrokarbon lain yang berat jenisnya lebih tinggi, misalnya kerosene atau minyak tanah. Minyak tanah tidak menguap pada suhu ruangan. Meskipun secara kasat mata bensin dan minyak tanah bisa bercampur sempurna, namun kecepatan menguapnya berbeda. Bensin lebih cepat menguap dari minyak tanah.

Jari yang belum kering tadi didekatkan Romi ke hidungnya. Aroma minyak tanah langsung menusuk hidungnya.

”Wah! Jelas sekali bensin ini dicampur dengan minyak tanah.”
 ***
Jumat Sore, Bambang Kukuh Setiadi tengah bersantai di rumahnya. Ketika hendak diwawancarai, pria yang sudah 29 tahun bekerja di Pertamina Indramayu tersebut dengan senang hati melayani. Berikut hasil wawancaranya:

Penulis : Apa langkah Pertamina untuk mengurangi praktek kecurangan di SPBU?

Bambang : Sebenarnya kecurangan terjadi setelah BBM sampai di SPBU. Kami dari Pertamina sendiri telah melakukan langkah-langkah prosedural untuk menghindari kecurangan sebelum BBM sampai ke SPBU. Misalnya, begitu selesai mengisi BBM di depo Pertamina, mobil tangki harus disegel untuk menghindari praktek pencampuran atau penguapan.

Penulis : Apakah ada pemeriksaan rutin oleh Pertamina terhadap SPBU-SPBU?

Bambang : Ada. Waktunya tertentu. Bisa 3 Bulan atau 6 Bulan sekali. Bisa juga berupa inspeksi mendadak. Ini biasanya dilakukan apabila ada SPBU yang dicurigai curang atau ada laporan dari masyarakat.

Penulis : Apa ada sanksi untuk SPBU yang kedapatan curang?

Bambang : Tentu ada. Bisa berupa pemutusan hubungan kerja dengan Pertamina. Bisa juga surat izin atau DO-nya tidak akan dikeluarkan.

Penulis : Selama ini praktek kecurangan apa yang lebih sering dilakukan oleh SPBU? Pengoplosan atau permainan takaran?

Bambang : Saya rasa sekarang ini permainan takaran lebih sering dilakukan. Pengoplosan memang masih ada, tapi biasanya dilakukan di tingkat pengecer, bukan di SPBU. Atau bisa saja di SPBU, tapi SPBU yang berada di kawasan pedesaan yang jauh dari pengawasan.

Penulis : Berapa kerugian Pertamina akibat kecurangan SPBU?

Bambang : Saya rasa yang paling dirugikan justru masyarakat karena mereka yang sangat memerlukan. Oleh karena itu, masyarakat kita harapkan juga turut mengawasi. Dan jika ada indikasi-indikasi kecurangan di tingkat SPBU, hendaknya melapor ke pertamina.

Referensi :
Willing, S. (2010). Laporan Interpretatif. In Jurnalistik; Petunjuk Teknis Menulis Berita (hlm. 115). Jakarta: Erlangga.
http://www.academia.edu/5782583/Contoh_penulisan_berita_investigasi 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kebudayaan Subang

Laporan Interpretatif

Soft News